SALAH satu upaya untuk meningkatkan kualitas berpikir, serta menambah wawasan juga membuka pengetahuan-pengetahuan adalah dengan membaca buku. Bahkan, wahyu pertama yang diturunkan kepada Muhammad sebelum kewajiban ritual religius beribadah, adalah seruan membaca. Terlepas dari arti luas ‘membaca’ yang diserukan pada wahyu pertama tersebut, membaca buku tetap penting.
Buku merupakan penanda peradaban manusia yang makin maju dan berkembang. Dan dengan perkembangan serta kemajuan teknologi, ragam cara membaca serta bentuk fisik buku pun kian bervariasi. Pasca digitalisasi, kita mengenal e-book, atau buku elektronik. Tahukah kamu, apa itu buku elektronik?
E-Book atau electronic book—buku elektronik—merupakan buku yang tersedia dalam format digital. Kata ‘tersedia’ memiliki makna, bahwa buku elektronik merupakan buku yang disimpan, ditawarkan, dibaca, dan didistribusikan dalam format elektronik.
Buku elektronik merupakan sebuah evolusi bentuk dari buku cetak, yang dikemas dalam bentuk file, dan mudah dibawa. Buku elektronik tidak dapat disentuh seperti buku cetak, namun dapat dibaca dalam perangkat panel datar di semua jenis gadget apa pun, seperti ponsel, komputer dekstop, tablet, laptop, atau juga e-book reader.
Pada istilah lain, buku elektronik merupakan buku dengan tata letak yang bisa diformat ulang, tampilan yang dapat dikontrol, serta mudah untuk diakses. Tidak sampai di situ, buku elektronik juga dapat memuat suara (audio), dan gambar bergerak (video) sebagai medium pelengkap untuk menyampaikan informasi. Buku elektronik juga dapat berisi daftar hyperlink yang memungkinkan user atau pembaca mengeklik dan membuka halaman yang diinginkan secara on time.
Selain itu, buku elektronik juga mudah disimpan dalam perangkat elektronik. Apabila kita memiliki ratusan judul buku cetak, kita perlu rak buku yang besar untuk menyimpannya, namun tidak dengan buku elektronik. Buku elektronik mudah disimpan dalam memory card yang lebih kecil, dan praktis.
Deddy Arsya dalam “Celana Pendek dan Cerita Pendek, Kumpulan Esai Sejarah dan Sastra” (2018) menyebutkan bahwa revolusi internet telah menjadi penyelamat dari ilmu pengetahuan, mesin penyimpan raksasa hampir seluruh warisan ilmu pengetahuan dunia. Dan evolusi dari buku cetak ke buku digital, adalah salah satunya.
Kita percaya, bahwa warisan ilmu pengetahuan meski dijaga, dengan begitu, peradaban masih dapat dilanjutkan. Pengarsipan, merupakan bentuk penjagaan itu. Dan buku elektronik, merupakan alternatif lain dalam usaha-usaha pengarsipan, upaya dalam rangka menyelamatkan peradaban.
Senada dengan itu, Yoshi Fajar Kresno Murti dari IVAA (Indonesia Visual Art Archive) pada sebuah sarasehan mengucapkan hal yang sama, bahwa “kebutuhan yang besar dari kerja pengarsipan adalah digitalisasi yang penyimpanannya menggunakan teknologi.” Dengan adanya buku elektronik, kita tidak lagi khawatir terkait ruang penyimpanan, sebab online archive telah menjadi bagian dan bukan hal asing di kehidupan digital kita.
Meski demikian, keberadaan buku elektronik bukanlah untuk menggantikan buku cetak, namun sebagai format alternatif lain yang dapat kita gunakan untuk membaca. Ingin membaca buku-buku terbitan Bening Pustaka atau Rua Aksara versi elektronik? Kamu bisa menginstall aplikasi dari Kubuku secara gratis kemudian mencari buku sesuai kebutuhan atau keinginanmu. Atau kamu malah ingin mengalihwahanakan karyamu ke dalam bentuk buku digital? Kami siap memfasilitasi kebutuhan atau keinginanmu. [istiqbalul fitriya-red.]