Sabda Diri
Rp90.000
Berbicara dengan manusia mungkin menyenangkan namun bercengkrama dengan kata-kata di dalam kepala sendiri jauh lebih menyenangkan dan candu. Sepanjang hidup ini, ada beragam kisah yang saya tulis; entah remeh-temeh atau hal-hal penting,
sayangnya tak satu pun menjadi sebuah buku.
Jika harus mencintai kehidupan untuk merasakan hidup yang sehidup-hidupnya, mungkin cara terbaik untuk merayakannya adalah dengan menulis. Saya dengan sengaja mengumpulkan beberapa puisi saya sendiri yang tercecer di pinggir jalan, tersangkut di ranting pohon mangga, hingga tercetak di struk belanja. Memang, puisi adalah media yang saya cumbu melalui kata-kata sedangkan gambar adalah kekasih pelengkapnya.
Buku kumpulan puisi ini adalah tantangan bagi diri sendiri untuk membuktikan bahwa saya memang harus terus menulis, terlepas dari beragam perkara seperti; baik atau buruk, benar atau salah, perasaan atau opini belaka. Namun apalah arti sebuah perkara, kalau
saya bisa menulis serpihan memoar di kepala menjadi sebuah karya puisi yang ternyata jumlahnya lumayan juga.
Selamat membaca Sabda Diri, selamat merayakan hidup yang sudah saya tuliskan di sini. Rapalan pertama; aku bersabda maka aku ada.
====================
Penulis: Jinawi Rana
14 x 20 cm , viii + 198 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2024
Sabda Diri
Rp90.000
Berbicara dengan manusia mungkin menyenangkan namun bercengkrama dengan kata-kata di dalam kepala sendiri jauh lebih menyenangkan dan candu. Sepanjang hidup ini, ada beragam kisah yang saya tulis; entah remeh-temeh atau hal-hal penting,
sayangnya tak satu pun menjadi sebuah buku.
Jika harus mencintai kehidupan untuk merasakan hidup yang sehidup-hidupnya, mungkin cara terbaik untuk merayakannya adalah dengan menulis. Saya dengan sengaja mengumpulkan beberapa puisi saya sendiri yang tercecer di pinggir jalan, tersangkut di ranting pohon mangga, hingga tercetak di struk belanja. Memang, puisi adalah media yang saya cumbu melalui kata-kata sedangkan gambar adalah kekasih pelengkapnya.
Buku kumpulan puisi ini adalah tantangan bagi diri sendiri untuk membuktikan bahwa saya memang harus terus menulis, terlepas dari beragam perkara seperti; baik atau buruk, benar atau salah, perasaan atau opini belaka. Namun apalah arti sebuah perkara, kalau
saya bisa menulis serpihan memoar di kepala menjadi sebuah karya puisi yang ternyata jumlahnya lumayan juga.
Selamat membaca Sabda Diri, selamat merayakan hidup yang sudah saya tuliskan di sini. Rapalan pertama; aku bersabda maka aku ada.
====================
Penulis: Jinawi Rana
14 x 20 cm , viii + 198 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2024