SEBELUM ditemukannya mesin cetak, kita memiliki kebiasaan dalam menyampaikan pesan secara lisan maupun tulisan tangan. Hal itu harus dilakukan secara berulang-ulang, yang mana saat itu masih bermedium daun lontar. Berkurangnya kebudayaan menulis di daun-daun lontar, sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia serta pola pikirnya yang ingin memperbarui. Dengan demikian medium untuk menulis tidak lagi di daun-daun lontar atau batu-batu besar, melainkan kulit kayu yang dikeringkan, yang lebih dikenal sebagai papyrus.
Pada abad ke-15 hingga ke abad ke 16, para ahli di Eropa menemukan cara untuk memperbanyak naskah tulisan yang kita kenal pada dewasa ini dengan nama mesin cetak. Johanes Gutenberg menemukan mesin cetak pada kisaran tahun 1450, dengan proses yang cukup panjang.
Johanes Genfleisch Zur Laden Zum Gutenberg, merupakan seorang pandai logam dan juga seorang pencipta yang berkebangsaan Jerman. Namanya mulai moncer setelah membuat mesin cetak, termasuk alloy logam huruf (type metal) serta tinta yang berbasis minyak. Mesin Cetak Gutenberg diproduksi seluruhnya dari kayu. Mesin ini dianggap sebagai revolusi yang paling penting dalam industri percetakan meskipun dalam pengoperasiannya masih tergolong manual.
Pada tahun 1800-an diciptakanlah mesin cetak uap, sebagai penyempurna desain asli dari mesin cetak Gutenberg. Mesin cetak uap dapat menghasilkan hingga 250 cetakan dalam kurun waktu satu jam, dan tentu saja perkembangan luar biasa dari efisiensi percetakan buku dibandingkan dengan mesin cetak yang pertama kali diciptakan oleh Gutenberg. Keberadaan mesin cetak uap bahkan membantu produktivitas percetakan surat kabar maupun koran yang sedang melejit dengan pesat saat itu.
Pada abad ke-19, kebutuhan untuk mencetak berkembang beriringan dengan perkembangan zaman. Hingga dibuatlah mesin cetak elektronik generasi pertama. Cara kerjanya cukup sederhana, yaitu dengan memutar sabuk karet berisi deretan angka 0 sampai 9 dan A sampai Z, lalu mesin tersebut akan mencetak sendiri sesuai informasi yang diterima.
Ketika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, maka munculah beragam mesin cetak elektornik—kita mengenalnya sebagai printer—baik itu secara inkjet (dokumen individu), maupun secara ofset. Mesin cetak Ofset merupakan mesin cetak yang menggunakan plate dan silinder untuk memperoses pemindahan media desain ke media yang ingin dicetak. Mesin cetak Ofset dapat mencetak dalam jumlah banyak sekaligus, bahkan hingga mencapai angka ribuan.
Saat keajaiban internet merebak, kini kita mengenal mesin cetak digital. Mesin cetak digital merupakan mesin cetak yang dapat mencetak gambar digital secara langsung ke permukaan material. Mesin cetak jenis ini tidak membutuhkan plat ataupun cetakan untuk mencetak gambar seperti metode print konvensional yang harus menggunakan plat berbeda untuk setiap desain.
Di Abad ke-20, teknologi kian hari kian berkembang, hingga mesin cetak kini tidak harus dilakukan secara offset dengan jumlah minimalnya ratusan sampai ribuan. Adanya teknologi Print of Demand memudahkan penulis yang ingin mencetak bukunya dalam jumlah yang terbatas, kualitas terjamin, dan waktu yang singkat.
Apakah kamu tertarik untuk mencetak bukumu? Baik secara ofset maupun print of demand, kami siap memberikan pelayanan terbaik untuk naskahmu yang siap terbit, dengan paket layanan penerbitan dan percetakan yang lengkap.[istiqbalul fitriya-red.]